Dewa petir menyambar layar perak
Maka, tanggapan awal adalah film Thor ini dibuat hanya untuk bisa melompat ke film Avengers. Film Thor tidak digarap dengan serius. Aktornya saja siapa? Chris Hemsworth. Sedikit sekali yang kenal aktor ini, coba bandingkan dengan Robert Downey Jr.nya Iron Man.
Tapi mari kita kesampingkan semua hal itu dan mencoba objektif menilai Thor. Yes, Chris Hemsworth memang tidak terkenal, tapi setelah menonton Thor, saya tidak bisa memikirkan aktor lain untuk menjadi Dewa perkasa nan sombong ini. Chris Hemsworth is the right choice. Natalie Portman? Ah sudahlah, dia jadi siapapun saya setuju kok :)
Lalu ke cerita, saya harus mengakui penceritaan Thor sangat mengalir dengan baik. Sebelumnya saya tidak pernah tahu cerita asli Thor maupun membaca komiknya, saya blank tentang Thor. Namun, hanya cukup dengan menonton film ini, setidaknya saya bisa mengerti sedikit asal-usul Thor. So, well written!
Plot. Sayangnya, Thor ini memang terkesan dibuat sebagai pengenalan karakter Thor di dalam Avengers. Coba saja bandingkan Iron Man, walaupun tetap pengenalan, namun masih ada pendalaman karakter lebih jauh dan cerita yang masih punya banyak sub-plot. Thor terkesan melihatkan, dirinya yang sombong, lalu dibuang, lalu berubah menjadi baik, dan oh ya, dia punya adik tiri yang jahat. That’s it. So, it was okay.
Effect. Film ini obral effect. Penggambaran Asgardian sebagai habitat Thor ditampilkan full CGI. Tapi kadang hal ini menjadi lebay, malah suka berbau Power Ranger. Dibandingkan dengan efek Iron Man? Jauh.
Overall, Thor is a summer flick. Menghibur, enteng, dan memanjakan mata. 7/10.