7.18.2011

The Dark Knight

The Dark Knight
Sebelum kita membahas TDK, kita harus sepakat bahwa “Batman Begins” adalah salah satu film Batman terbaik (kalau tidak mau berlebihan dengan mengatakannya sebagai film Batman terbaik). The Dark Knight, membawa franchise Batman ala Chris Nolan ke level tertinggi. Memecahkan rekor penjual terbesar selama 1 hari, 3 hari, dan akhirnya menembus 1 billion dollar, TDK kini diakui sebagai film superhero terbaik, dan bahkan salah satu film terbaik yang pernah dibuat. Kini, tiap film superhero yang keluar selalu dibandingkan dengan TDK. Ya, TDK memang telah mematok standard untuk film superhero sekarang.

Mari kita mulai dari adegan awal. Segerombolan orang berusaha membobol sebuah bank di Gotham. Dengan strategi yang hebat, kita akhirnya tau bahwa Joker adalah otak dari perampokan ini. Lalu scene berganti dengan aksi Batman menggagalkan kejahatan, dan tampak beberapa Batman palsu menggunakan pistol ingin membantu.

Dengan awalan seperti itu, kita bisa mengetahui bahwa ini adalah pertarungan antara Batman dengan musuh abadinya, Joker. Lalu penonton disuguhi dengan performa brilian Heath Ledger sebagai Joker hingga membuat Joker versi Jack Nicholson seperti untuk anak-anak. Joker ditampilkan sebagai karakter sadis, psikopat, dan spontan. Bahkan tidak berlebihan rasanya bila mengatakan Joker adalah pemeran utamanya, instead of Batman himself. Untuk aktingnya, Ledger sendiri mendapatkan Oscar untuk Best supporting Actor. Suatu pencapaian sendiri, karena sebelumnya film adaptasi komik belum pernah memenangi Oscar untuk kategori akting.

Film berdurasi 2 jam lebih ini menyuguhkan banyak action, ledakan, dan isi otak Joker yang lebih psikopat dibanding penjahat dalam film psikopat (saya tidak bisa bilang lebih banyak, untuk menjaga tidak ada spoiler). Di tengah film, Harvey Dent yang awalnya adalah karakter baik dirubah oleh Joker menjadi karakter antagonis, Two-Face. Make up Two-Face sendiri membuat Two-Face versi Tommy Lee Jones seperti topeng Halloween anak-anak.

Cerita yang dibangun dengan sempurna dari awal, berakhir diplomatis di mana tidak semua superhero mendapatkan keinginannya. Seperti perempuan, tenar, dipuja, dan mengalahkan penjahatnya, tidak, saya tidak menyindir Spider-man, atau Iron Man :P

Dialog cerdas mewarnai film ini, membuatnya lebih dari sekedar film superhero. Tidak seperti Batman and Robin di mana kita mendapati “BOOM” “POW” “SHAZAM” dan sebagainya.

In the end, The Dark Knight adalah film yang harus Anda tonton sebelum Anda meninggal. Because it’s just too good.

Lanjutan TDK, yaitu The Dark Knight Rises dijadwalkan tayang Summer 2012 ini, dan akan menutup trilogi The Dark Knight.

(500) Days of Summer

500 Days of Summer
Percayalah, film ini sama sekali tidak berhubungan dengan musim panas. Film ini menceritakan hubungan Tom (Joseph) yang percaya pada cinta sejati dengan Summer (Zooey) yang tidak percaya pada cinta selama 500 hari. Umumnya film bergenre serupa dapat ditonton tanpa memeras otak dan dilalui dengan canda tawa. Tetapi, 500 DOS justru menarik saya untuk menontonnya lagi dan lagi. Hingga dalam 1 hari saya menonton film ini sampai 3x.

Terlepas dari paras cantik Zooey yang berhasil menarik hati setiap penontonnya lalu menghancurkannya di saat yang tepat, film beralur maju-mundur ini memiliki cerita yang sangat kuat disertai dengan dialog-dialog brilian yang akan terus diingat oleh penontonnya. Tidak heran, pada saat pemutaran perdananya, di Cannes Festival, 500 DOS mendapatkan standing applause. Suatu hal yang jarang bagi film bergenre romantic-comedy.

Chemistry yang dibangun oleh Tom dan Summer berjalan dengan sangat natural, membuat penonton serasa di dalam cerita. Scene-scene klise yang biasa berteberan di film setipe jarang ditemukan. Seperti misalnya, mereka bermain-main di IKEA (C’mon mana ada orang Indonesia pacaran di IKEA?? Terlepas dari fakta IKEA gak ada di Indonesia).

Soundtrack yang terserta dalam film ini mendukung tiap aspek film ini. Seperti lagu “The Smiths - There Is A Light That Never Goes Out” yang dinyanyikan oleh Summer saat adegan di dalam lift. Siapapun pria yang menjadi Tom akan langsung jatuh cinta pada saat itu juga.
Dengan ritme yang sebenarnya cukup lambat, penonton tidak akan dibuat bosan (setidaknya saya), dan akhirnya setelah melalui jatuh bangun Tom, film ini berakhir dengan manis.

“Not your average romantic-comedy movie”